Masih banyak masyarakat awam cenderung melihat sebelah mata terhadap penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas sering dipandang sebagai kelompok yang lemah dan butuh dikasihani oleh sebagian besar orang. Bahkan di lingkungan keluarga pun stigma terhadap disabilitas masih banyak melekat.
Film menceritakan tentang petualangan Tegar, seorang anak disabilitas berusia 10 tahun yang ingin sekolah dan memiliki teman.
Namun cita-citanya tidak didukung ibunya sendiri, karena malu dan khawatir putranya tidak diterima di lingkungan sekitar, sehingga ia dilarang sekolah atau mengenal lingkungan di luar rumah.
Yaitu berkaitan dengan isu inklusivitas.
“Ideologi yang diusung dalam film Tegar adalah salah satu goal kampanye SDGs yang bertajuk Leave No One Behind. Dimana pada goal tersebut berkacamata pada ruang inklusi, setara dan mengesampingkan perbedaan” Ujar Anggi (18/11/22).
Sutradara film Tegar, Anggi Frisca (kiri) dan Ariek Dimas, Konekin (kanan)
Isu Inklusivitas bukan persoalan yang gampang, harus ada gambaran realisasi isu tersebut. “Melalui film orang akan lebih mengerti, akan merasakan dan lebih mudah paham isu inklusi yang dirasakan oleh teman-teman difabel” Ujar Anggi.
Selain Tegar, kawan disabilitas lain yang terlibat ada aktor pendukung Anton J.C., almarhum Bang Dzoel sebagai kru still-photography, Mas Wawa Gunawan kru artistik, Ibe Ibrahim sebagai kru BTS (behind the scene), dan Yuktiasih Proborini sebagai konsultan untuk pengembangan naskah
“Karena prinsip Aksa Bumi Langit adalah sebagai support system untuk berkarya bareng” Ujar Sang Sutradara.
Joanita Chatarine, yang berperan sebagai teh Isy mengatakan bahwa: Sebelum film Tegar ia memandang kasihan dan iba terhadap teman-teman disabilitas.
“Namun setelah film ini, ternyata aku ketemu banyak banget penyandang disabilitas yang memiliki talent luar biasa” Ujar Joan.
Joan, Pemeran teh Isy (kiri); Ariek (kursi roda), tim Konekin (kanan)
Joan juga bercerita bahwa ia pernah merasa terpuruk dan tidak mau berkarya, sebelum bermain film Tegar. Tapi setelah film Tegar ia mengaku terpukul dengan semangat teman-teman disabilitas. Apalagi Alm Bang Dzoel yang selalu memberikannya semangat untuk terus bangkit.
Pak Moeldoko mengusap kepala Tegar dibangku lounge bioskop
“Di KSP juga ada Kang Maman yang difabel, dengan menggunakan kursi roda bisa bekerja di KSP dengan baik, tidak ada masalah apapun. Untuk itu, mereka tidak minta untuk dikasihani tapi mereka hanya perlu untuk mendapatkan perlakuan yang sama,” jelas Pak Moeldoko.
Ia pun mengajak kepada masyarakat untuk menonton film Tegar yang akan tayang tanggal 24 November 2022 mendatang di bioskop.
“Semoga film ini bikin anak Indonesia belajar untuk gak bedain anak disabilitas dan non-disabilitas”. Ujar M. Adiyat – Aktor Cilik Pemeran Imam di Film Tegar.